Sabtu, Juli 07, 2012

Bagaimana sih cara mengukur perkembangan kompetensi siswa?

Self-directed Learning
Saat ini saya sedang mencoba mendesain penelitian tentang perkembangan kompetensi siswa SMK dalam satu tahun berjalan. Desain awal saya adalah melakukan pengukuran kompetensi siswa yang dilakukan dua kali pada saat awal tahun dan saat akhir tahun pelajaran. Instrumen pengukuran dengan menggunakan self-rated competence assessment. Nah, instrumen tersebut sampai saat ini belum saya kembangkan, masih mencari-cari bentuk seperti apa sih pengukuran kompetensi siswa. (Kalau untuk mengukur IQ kan ada instrumen tes IQ, instrumen menilai kepribadian juga sudah ada).

Kajian-kajian yang ada dalam pendidikan berbasis kompetensi  lebih banyak menjelaskan tentang prinsip-prinsip penilaian yang bisa digunakan, model-model penilaian kompetensi dengan masing-masing keunggulannya, dan penjelasan-penjelasan terkait dengan penilaian otentik. Kebanyakan penilaian dilakukan oleh guru. Dalam desain penelitian ini, saya lebih mempertimbangkan menggunakan self-rated dari hasil penilaian kompetensi masing-masing siswa tersebut yang nantinya bisa dibandingkan antar masing-masing individu. Hal ini juga meminimalisir/tidak menambah repot gurunya. Tentu ini akan meminimalisir potensi bias dibandingkan dengan jika penilaian dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Apalagi jika kelas yang digunakan cukup banyak, guru yang terlibat juga akan banyak.  Ini akan berkibat susah mengontrol tingkat kepercayaan hasil penilaian tersebut dan susah dibandingkan. Namun demikian, sampai saat ini saya masih belum yakin instrumen-nya bakal seperti apa, bagaimana menguji keabsyahan dan keakuratan instrumen.

Yang akan saya ukur adalah kompetensi, bukan pengetahuan (knowledge) atau keahlian (skill). Dalam penilaian kompetensi banyak yang musti dipertimbangkan. Sekedar sebagai bahan pertimbangan saja, Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas No. 20/2007) menyebutkan penilaian harus sahih, objektif, adil, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, terbuka, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel (see Standar Penilaian). Wuih, banyak banget kan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun instrumen penilaian, mulai dari apa yang mau diukur, bagaimana menyusun alat ukur, bagaimana menguji alat ukur tersebut, bagaimana menggunakannnya, bagaimana mengolah hasil pengukuran. Jadi kalau ada yang berkenan membantu dan bisa bekerjasama dalam penelitian ini, saya sangat welcome. Karena target saya bisa publish di jurnal ilmiah internasional, akan amat senang jika ada ahli-ahli pengukuran pendidikan yang bisa membantu dan berkenan namanya tercantum dalam co-authorship.

Tidak ada komentar: