Jumat, Juli 06, 2012

Uji kompetensi guru di Belanda (Teacher competence assessment in the Netherlands)

suasana kelas dasar
Berikut ini balasan email dari Dr. Olaf McDanield menjawab pertanyaan saya mengenai uji kompetensi guru di Belanda yang hasilnya telah dipresentasikan oleh yang bersangkutan pada saat Onderwijs Research Dagen (ORD) 2012. ORD adalah acara konferensi hasil-hasil penelitian tentang pendidikan yang dilakukan oleh peneliti-peneliti bidang pendidikan seantero Belanda. Tentunya banyak tokoh-tokoh pendidikan berkelas dunia yang namanya sering muncul di jurnal pendidikan berkelas internasional di situ.



Dear Zainzoan,

Thank you for your response on my lecture at the ORD. In answer to your questions. We have some English material, but no English publications on the results yet. We do have (an almost complete) questionnaire in English.
  1. My company has designed the instrument (instrumen/naskah soal uji kompetensi guru disusun oleh institusi tersebut)
  2. Questions are related to Dutch legislation regarding required competences for teachers
  3. It is action directed research, not all validation and reliability tests were applied in advance. After the large number of teachers that have gone through the self assessment, we have done a number of reliability analyses. But: once again it is not directed towards fundamental research but is directed to help schools and teachers in the development of their teaching skills. (Ini menjawab pertanyaan saya tentang maksud dan tujuan uji kompetensi guru di Belanda buat apa? Awalnya saya kira research-project)
  4. The assessment is conducted on line. We prepare a special web site for the client and teachers / managers log in. (ujian dilakukan melalui sistem online, ada tujuh kompetensi guru yang diujikan).
  5. The respondents are all the teachers / managers of the schools that take part. Schools pay to participate (per participating teacher / manager) and we assist them in the interpretation of the results and the action that you be taken. It is thus NOT a random selection of schools / teachers.
  6. Teacher participate willingly, no incentives needed. Schools (and the teacher teams) use the results for internal HRM activities. (Digunakan untuk pengembangan profesionalisme masing-masing guru, karena guru-guru menjadi tahu kekurangan dan kelebihannya sendiri, demikian juga sekolah tahu kekuatan dan kekurangan SDM-nya, yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan SDM sekolah)
  7. Yes, there is sometimes some resistance, but mostly in the area of the lack of willingness to share the results with the management. (Guru-guru menolak gak dengan adanya uji kompetensi ini? Penolakan tetap ada. Umumnya gak mau hasilnya diketahui oleh pihak manajemen sekolah. Takut dikeluarkan kali kalo hasilnya kurang bagus).
  8. No serious obstacles noticed. Schools pay for participation; the school management will ensure that teachers / managers will participate (and get their moneys worth). (Biaya ujian ditanggung sekolah).
  9. It is action research. It should help teachers to understand their level of competence and start the discussion what to do with the deficiencies. (Ini yang penting, uji kompetensi harus bener-bener bermanfaat dan dirasakan pagi pengembangan guru yang bersangkutan).
I would be most willing to see if we can help your government with the tool that we created, and if required adjust it to the local issues and circumstances. Let me know if we can be of assistance.
(Kalau ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, dipersilakan ke yang bersangkutan langsung. Ada link video presentasinya, tapi in Dutch. Kayaknya bagus juga kalo ada panitia konferensi Internasional dari Indonesia bisa ngundang yang bersangkutan atau delegasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengurusi Uji Kompetensi Guru belajar ke institusinya Meneer Olaf ini. Sebenarnya tuh orang adalah penyaji pengganti, karena profesor yang harusnya dijadwalkan mengalami gegar otak karena kecelakaan beberapa hari sebelum ORD diselenggarakan).

Video presentasinya ada di sini.

Olaf

Tidak ada komentar: